Para ibu selalu mempunyai tempat untuk menampung duka, lalu mengecupnya dan bangkit.
Pada akhirnya aku terpaksa kembali pada puisi sebagai sebuah perayaan kangen berkali kali dalam hening paling bening tentangmu.
Ibu adalah detak nadi waktu.
Dan pancaran matamu adalah syair ribuan hari yang menyihir airmata jadi kuntumkuntum asa. Tubuh kita menjelma rumahrumah pasi di dada jalan yang selalu setia menampung sejarah, kenangan atas perjumpaan dan perpisahan berkali kali.
Bekerja dan berkaryalah sebaik mungkin, setulus mungkin, tanpa ada setitik pun arogansi. Lalu biar Allah saja dan para hambaNya menilai semua hal yang paling nyata darimu.
Ketulusan itu tidak beraroma, tidak berwarna, tapi kau selalu tahu ia ada dimana.
Ada “Terima” ada “Kasih”. Berbagi tak pernah boleh pergi dari diri, meski sesulit apapun kita.
Kamu pakai jilbab, jaga citra secarik kain di kepalamu itu dengan hati, pikiran dan perbuatanmu. Jangan sampai kamu yang jelek, jilbabmu yg difitnah.
Berjilbab bukan berarti kita sudah baik, Jilbab hanya langkah awal kita untuk lebih dekat kepada Allah.
Hidup hanya sebentar, tapi bagaimana agar tak sekadar. Agar yang sejenak itu bisa gores makna. Pahat ‘ada’ kita dihadapanNya.
Cinta akan membuatmu bahagia menerima ketaksempurnaan.
Angin risau dan gemerisik pepohonan mengiringi hujan jatuh di beranda rindu. Aku tergugu dalam gigil memeluk malam yang engkau.
Anak adalah cindera rasa, obor asa, jejak nyata ada kita di dunia hingga surga.
Aku dan kamu telah dipersaudarakan oleh huruf dan kata, paragraf juga bait, kalimat-kalimat yang kadang terlalu rumit untuk kita cerna, tapi bermukim di batin.
Beranda sunyi hujan pasi, tapi percakapan yang mawar membuat kita selalu kembali pada pelangi dan Rumi.
Kau yang paling rona, tapi mengapa semua jalan menujumu begitu gigil dan lindap? Sedang waktu kian berkarat dalam dekap.
Rendah hati itu bisa jadi sayap yang kokoh untuk terbang tinggi.
Sejak kecil dekat dengan Allah, saat dewasa jangan pernah sedetik pun kita bergantung pada selain Allah! Ketika menulis, pena dan jemari kita gerakkan karena Allah, untuk Allah. Maka tulisan kita tak hanya jadi manfaat dan rahmat di bumi, tapi insya Allah menjelma cahaya akhirat kita.
Setiap kita adalah duta bagi Islam. Tiap kita adalah duta bagi Indonesia, bagi keluarga kita. Bila keberadaan ini belum bisa memberi maslahat, pastikan paling tidak kehadiran kita tak membawa mudharat. Ishlah dalam setiap desah napas.
Semangat pagi kamu yg terbit dan merekah dari sudut hati, yang tersenyum serta menari di sela sela imaji.
Anak kandung tumbuh dan dilahirkan dari rahim ibunya. Tetapi anak angkat tumbuh dan lahir dari hati ibunya.