Terkadang kita lupa bahwa kita adalah sebuah cangkang raga yang dikendalikan oleh segenggam cahaya yang disebut “jiwa”.
Perihal waktu, kita semua memilikinya. Tapi sebagian dari kita tak tau harus bagaimana menggunakannya.
Terkadang memikirkan bagaimana manusia mencari atau berusaha untuk hidup dengan tenang itu sangat menggelitik, bagaimana tidak sejak pertama lahir saja sudah berisik tapi mendamba ketenangan.
Perihal “rasa”, itu sesuatu diluar cakrawala kita.
Seperti pada kebanyakan buku dongeng, wanita selalu menunggu pangeran berkuda putih menyelamatkannya. Cerita ini sungguh tak masuk akal untuk’ku, jangankan untuk menjadi sang pangeran. untuk menjadi kuda putihnya saja sudah sangat sulit untuk’ku.
Karena ia menyimpan semua perasaannya didasar sungai, Menara itu terlalu tinggi untuk mendengar suaranya, tersapu angin sebelum sampai ke telinga.
Idul adha itu soal keiklhasan merelakan sesuatu yang kita miliki, bukan berfoto ria dengan sapi.
Dalam setiap cerita indah, selalu ada hati yang terluka. tak terkecuali penulisnya.